MOVING AVERAGE
Ada beberapa variasi moving average karena perbedaan cara perhitungan. Moving average yang pertama kali disebut dengan Simple Moving Average (SMA). Selain itu terdapat Exponential Moving Average (EMA), Weighted Moving Average (WMA), dan Displaced Moving Average (DMA). Moving average yang umum digunakan adalah SMA dan EMA.
Letak harga jika dibandingkan dengan posisi moving average akan memberikan informasi yang berharga. Ketika harga berada di atas moving average, ini merupakan pertanda bullish atau uptrend. Sebaliknya saat harga berada di bawah moving average, ini merupakan pertanda bearish atau downtrend.
Dalam menentukan jangka waktu atau periode moving average, erat kaitannya dengan time frame yang kita pergunakan. Jika kita long-term trader, kita akan menggunakan moving average dalam periode yang lebih panjang untuk melihat trend. Sebaliknya jika kita short-term trader, kita memilih moving average dengan periode yang lebih pendek. Periode moving average yang sering digunakan adalah 10, 20, 50, 100 dan 200.
Dalam penggunaannya kita dapat menggunakan lebih dari satu moving average pada satu chart. Penggunaan dua atau lebih moving average secara bersamaan akan menghasilkan cross atau persilangan moving average. Ada dua jenis persilangan moving average, yaitu golden cross dan dead cross.
Golden cross terjadi ketika moving average dengan periode yang lebih pendek memotong ke atas moving average dengan periode yang lebih panjang. Golden cross ini merupakan pertanda bullish. Sebaliknya dead cross merupakan pertanda bearish. Dead cross ini terjadi ketika moving average dengan periode yang lebih pendek memotong turun moving average dengan jangka yang lebih panjang.
Moving average memiliki kelemahan. Kelemahan pertama adalah moving average tidak bekerja dengan baik saat pasar dalam kondisi sideways atau konsolidasi. Dalam kondisi seperti ini moving average akan menghasilkan banyak whipsaw, yaitu kondisi dimana harga berulang kali melintas di atas dan di bawah moving average sehingga memberikan sinyal yang tidak tepat.
Sebagai contoh pada chart TLKM di atas menggunakan moving average 50. Saat pasar dalam kondisi uptrend, moving average mampu memberikan sinyal dengan tepat, yaitu harga melintas naik di atas moving average pada pertengahan Januari. Namun saat pasar dalam kondisi sideways terdapat beberapa whipsaw. Oleh karenanya moving average paling tepat digunakan saat pasar dalam kondisi trend.
Kelemahan yang kedua adalah moving average termasuk lagging indicator. Karena lagging indicator, maka sinyal atau informasi yang didapat lebih terlambat dibanding pergerakan harga asli.
Meskipun memiliki kelemahan, namun moving average tetap merupakan indicator yang bagus untuk menunjukkan kondisi trend dan memberikan signal. Pemilihan periode dan jenis moving average yang digunakan akan berbeda antara satu trader dan trader lainnya karena tergantung dari time-frame yang digunakan.
MOVING AVERAGE CONVERGENCE DIVERGENCE (MACD)
Moving Average Convergece Divergence atau yang lebih dipopuler disebut singkatannya yaitu MACD termasuk jenis trend indicator. MACD ini indicator yang berdasarkan moving average.
MACD terdiri dari tiga unsur yaitu MACD Line, Signal Line dan MACD Histrogram. MACD Line atau disebut juga Fast Line dihitung dari jarak antara 12 EMA dan 26 EMA. Signal Line atau disebut juga Slow Line adalah MACD Line yang diperhalus dengan menggunakan 9 EMA. MACD histogram adalah jarak antara MACD Line dan Signal Line yang ditampilkan dalam bar chart. Saat terjadi crossover antara MACD Line dan Signal Line, MACD Histogram akan memiliki nilai 0 karena tidak adanya jarak antara MACD Line dan Signal Line.
MACD digunakan untuk melihat trend. Saat MACD Histogram berada di atas 0, maka pasar dalam kondisi uptrend atau bullish. Sebaliknya saat MACD Histogram berada di bawah 0, maka pasar dalam kondisi downtrend atau bearish.
Selain letaknya, MACD Histogram dapat juga menunjukkan kekuatan trend. Bar yang panjang menunjukkan kuatnya trend, sedangkan bar yang pendek menunjukkan lemahnya trend. Ini terlihat dalam perubahan tingkat kemiringan seperti ilustrasi di bawah ini. Perubahan dari upslope ke downslope di atas titik 0 menunjukkan uptrend melemah, sedangkan perubahan dari downslope ke upslope di bawah titik 0 menunjukkan pelemahan downtrend dan kemungkinan datangnya uptrend.
Crossover antara MACD Line dan Signal Line dapat menjadi signal untuk melakukan buy atau sell. Saat MACD Line melintas di atas Signal Line (terjadi golden cross), ini merupakan signal untuk melakukan buy. Sebaliknya saat MACD Line melintas di bawah Signal Line (terjadi dead cross), ini merupakan signal untuk melakukan sell. Crossover ini reliable jika crossover terjadi jauh di atas atau jauh di bawah garis 0. Semakin dekat dengan crossover terjadi dengan garis 0, maka crossover yang terjadi kurang reliable.
MACD juga digunakan dengan melihat adanya divergence yang terjadi yang dapat memberikan signal perubahan arah pasar. Pada halaman berikut ini adalah contoh dari bullish divergence yang terjadi pada chart LPKR. Harga pada LPKR membuat lower low namun pada MACD terjadi higher low sehingga terjadilah bullish divergence.
Sebagai trend indicator, MACD akan berfungsi dengan baik saat pasar dalam kondisi trend. Signal dari MACD akan bekerja dengan baik saat trend yang kuat mulai melemah dan perubahan trend kemungkinan akan terjadi. Dalam kondisi pasar yang sideways atau konsolidasi, MACD kurang berarti karena akan banyak terjadi crossover dan ini memberikan signal yang kurang reliabel.
0 komentar:
Posting Komentar