CHART PATTERN
Chart pattern ini seperti jejak kaki. Jika para pemburu melihat dari jejak kaki untuk memperkirakan ke arah mana buruan mereka pergi, maka trader menggunakan chart pattern untuk memperkirakan arah pergerakan harga. Melalui chart pattern ini trader dapat memperkirakan siapakah yang dominan di pasar, apakah buyer atau seller.
Dalam trading menggunakan chart pattern memerlukan skill. Tidak ada software charting yang secara otomatis mampu mengenali semua chart pattern yang ada. Selain itu dalam melihat chart pattern tidak selamanya harus sama 100% dengan definisi dari masing-masing chart patern. Karena jika kita menunggu chart pattern yang benar-benar sempurna sesuai dengan definisi chart pattern tersebut, maka kita akan melewatkan banyak chart pattern itu sendiri. Oleh karenanya perlu latihan terus-menerus untuk melatih kita dengan cepat mengenali chart pattern yang ada.
Berdasarkan prediksi pergerakan harganya, chart pattern dapat dibagi dua, yaitu continuation pattern dan reversal pattern. Continuation pattern adalah chart pattern yang menunjukkan trend akan terus berlanjut.
Sedangkan reversal pattern adalah chart pattern yang menunjukkan trend akan berbalik arah yaitu dari downtrend menjadi uptrend atau dari uptrend menjadi downtrend.
Dari fungsinya, chart pattern dapat dibagi dua, yaitu macro chart pattern dan micro chart pattern. Macro chart pattern berfungsi untuk menilai kondisi pasar keseluruhan dan melihat trend. Micro chart pattern berfungsi untuk membantu Anda mengambil posisi pada saat yang tepat.
REVERSAL PATTERN
Salah satu fungsi chart pattern adalah memberikan signal adanya reversal atau perubahan arah trend. Chart-chart patern berikut ini termasuk reversal pattern yang memberikan signal perubahan trend dari uptrend menjadi downtrend atau sebaliknya dari downtrend menjadi uptrend.
DOUBLE TOP & DOUBLE BOTTOM
Double top adalah chart pattern yang terjadi saat pasar mengalami uptrend dan menunjukkan potensi terjadinya downtrend. Double top ini terlihat seperti dua gunung yang bersebelahan. Pada double top terdapat resistance yang cukup kuat yang tidak mampu ditembus. Jarak antara dua puncak ini bisa berlangsung dalam waktu singkat atau panjang. Di bagian bawah formasi double top terdapat garis neckline yang berfungsi seperti support bagi dua gunung tersebut. Saat neckline berhasil ditembus, maka kecenderungan pasar adalah bearish atau downtrend.
Double bottom adalah kebalikan dari double top. Double bottom terjadi saat pasar mengalami downtrend dan merupakan indikasi akan terjadinya uptrend. Pada double bottom terdapat support yang cukup kuat dan tidak bisa ditembus. Di bagian atas terdapat neckline yang berfungsi seperti resistance. Saat harga berhasil naik menembus trendline, maka kecenderungan pasar adalah bullish atau uptrend.
TRIPLE TOP & TRIPLE BOTTOM
Triple top dan triple bottom ini mirip dengan double bottom. Bedanya, jika pada double top dan double bottom terdapat dua puncak, maka pada triple top dan triple bottom terdapat tiga puncak. Untuk cara perhitungan target harga, sama dengan double top dan double bottom, yaitu dengan menghitung jarak antara neckline dan top pada triple top, atau jarak antara neckline dan bottom pada tripe bottom.
Triple top terjadi pada saat pasar sedang mengalami uptrend dan memberikan signal potensi terjadinya downtrend. Saat neckline berhasil ditembus, maka kecenderungan pasar adalah bearish atau downtrend.
HEAD & SHOULDER
Head & shoulder adalah reversal pattern yang mirip dengan triple top dan triple bottom, yaitu memiliki tiga puncak. Namun perbedaannya pada tinggi puncak tersebut. Jika pada triple top dan triple bottom tinggi puncak adalah sama atau hampir sama, maka pada head & shoulder memiliki tinggi yang berbeda. Puncak di tengah (head) memiliki ketinggian paling tinggi dibanding dua puncak lainnya. Sedangkan dua puncak di bagian kiri dan kanan (shoulder) memiliki ketinggian yang hampir sama. Oleh karenanya dinamakan head & shoulder karena pattern ini seperti head/kepala dan dua shoulder/lengan.
Head & shoulder top terjadi pada saat uptrend. Saat harga turun menembus neckline, maka pasar memiliki kecenderungan bearish atau downtrend. Neckline pada head & shoulder ini dapat berupa garis lurus atau garis yang miring. Berikut ini adalah contoh head & shoulder pada chart S&P CNX Nifity
Head & shoulder yang terjadi pada saat pasar dalam kondisi downtrend disebut dengan head & shoulder bottom atau inverse head & shoulder. Bentuknya sama dengan head & shoulder top, hanya posisinya dibalik.
CONTINUATION PATTERN
Jika reversal pattern memberikan tanda bahwa trend akan berganti, continuation pattern memberikan tanda bahwa trend akan tetap berlanjut. Chart pattern berikut ini termasuk continuation pattern.
TRIANGLE
Sesuai dengan namanya, triangle adalah chart pattern yang memiliki bentuk segitiga. Lama terbentuknya triangle paling sedikit adalah 1 bulan. Jika di bawah satu bulan maka dikategorikan chart pattern lainnya.
Ada tiga macam bentuk triangle.
1. Symetrical Triangle
Symetrical triangle dapat terjadi saat uptrend maupun downtrend. Saat terjadi symetrical triangle ini pasar mengalami konsolidasi dengan range yang semakin menyempit, yaitu terjadi serangkaian lower high (LH) dan higher low (HL), sehingga dapat dibuat garis support dan resistance seperti segitiga.
Untuk membuat garis triangle ini, minimal ada dua titik di bagian atas dan dua titik di bagian bawah. Saat harga mampu menembus garis triangle, maka trend akan berlanjut.
2. Ascending Triangle
Ascending triangle pada umumnya terjadi pada saat pasar dalam kondisi uptrend. Jika pada symetrical triangle garis triangle yang dibuat sama-sama miring, pada ascending triangle ini pada bagian bawah miring sedangkan bagian atas lurus.
Saat dalam kondisi konsolidasi, terjadi serangkain higher low sehinggga garis triangle bawah miring. Garis atas yang lurus ini merupakan level resistance yang berusaha ditembus. Saat harga mampu menembus level resistance, maka uptrend akan berlanjut.
3. Descending Triangle
Descending triangle kebalikan dari ascending triangle. Descending triangle ini terjadi pada kondisi downtrend.
Saat terjadi konsolidasi terjadi serangkaian lower high dan harga beberapa kali tidak bisa menembus level support. Saat harga mampu turun menembus support, maka kecenderungan pasar adalah downtrend.
PENNANT
Continuation pattern berikutnya adalah pennant. Pennant dapat dibagi dua, yaitu bullish pennant dan bearish pennant.
Bullish pennant terjadi saat uptrend. Setelah ada pergerakan harga yang naik cukup tajam selama beberapa waktu (dari A ke B), harga mengalami konsolidasi dengan range yang semakin menyempit. Setelah terjadinya breakout pada titik D, harga kembali naik.
Sebaliknya bearish pennant terjadi saat downtrend. Setelah ada pergerakan harga turun yang cukup tajam (dari A ke B), harga mengalami konsolidasi dengan range yang juga semakin menyempit. Setelah terjadinya breakout pada titik D, harga kembali turun melanjutkan downtrend.
Secara bentuk, pennant ini mirip dengan symetrical triangle. Namun perbedaannya terlatak pada waktu terbentuknya. Symetrical triangle terbentuk dalam jangka waktu yang panjang, lebih dari 1-2 bulan, sedangkan pennant umumnya terbentuk dalam waktu satu bulan atau kurang. Selain itu pennant harus didahului oleh pergerakan harga yang cukup tajam.
Dalam menentukan target harga setelah terjadinya breakout juga terdapat perbedaan. Jika symetrical triangle menghitung target harga dari tinggi triangle (titik B ke C), maka pada pennant target harga dihitung dari jarak awal mula mulainya pergerakan harga, yaitu titik A ke B pada gambar di halaman sebelumnya.
RECTANGLE
Rectangle adalah continuation pattern yang menunjukkan kondisi konsolidasi setelah pergerakan trend. Masa konsolidasi ini berada dalam range tertentu dan dibatasi oleh garis support dan resistance horizontal.
Ada dua jenis rectangle, yaitu bullish rectangle dan bearish rectangle. Bullish rectangle terjadi pada saat uptrend, sedangkan bearish rectangle terjadi pada saat downtrend.
Target harga pada rectangle sama dengan tinggi rectangle.
CHANNEL
Channel adalah continuation pattern yang mirip dengan rectangle. Namun, jika pada rectangle harga bergerak dalam range yang dibatasi oleh garis support dan resistance horizontal, maka pada channel harga bergerak trendline diagonal yang sejajar.
Ada dua jenis channel. Yang pertama adalah ascending channel yang terjadi saat uptrend. Pasar mengalami koreksi dan harga bergerak dalam trendline diagonal yang sejajar dengan slope negatif atau menurun. Dalam menghitung target, tidak berdasarkan tinggi channel, namun target sama dengan jarak awal trend sampai trendline atas. Target mulai dihitung tidak pada titik terjadinya breakout namun dari trendline bawah terakhir.
Jenis channel yang kedua adalah descending channel yang terjadi pada saat downtrend. Pasar mengalami koreksi dan harga bergerak dalam trendline diagonal yang sejajar dengan slope positif atau naik. Cara perhitungan target harga sama dengan ascending channel, yaitu target sama dengan jarak dari awal trend sampai trendline bawah.
0 komentar:
Posting Komentar